INVENTIF: Council for Public Safety and Criminal Justice (CCSPJP), lembaga asal Meksiko, menerbitkan peringkat 2022 dari 50 kota paling kejam di dunia. Kota Colima di barat-tengah Meksiko ditetapkan sebagai yang paling mematikan.
“Tidak ada preseden di dunia pemerintahan nasional, seperti yang terjadi di Meksiko hari ini, yang telah mengadopsi kebijakan keamanan publik yang memberikan kebebasan kepada penjahat untuk melakukan kekerasan dan secara terbuka memproklamasikannya,” ujar laporan CCSPJP.
Menurut CCSPJP yang dikutip dari Anadolu Agency, Colima melaporkan 181,94 pembunuhan per 100 ribu penduduk. Namun, kota utara Ciudad Juarez memegang rekor sepanjang masa untuk tingkat pembunuhan.
Jumlah Colima mendekati jumlah yang terjadi di Medellin Kolombia antara akhir 1980-an dan awal 1990-an. Saat itu, Madellin sedang menghadapi “perang” raja obat bius Pablo Escobar dan sekutunya melawan pemerintah Kolombia untuk mencegah ekstradisinya ke Amerika Serikat.
Selain itu, Meksiko juga menjadi kota dengan kekerasan terbanyak selama enam tahun berturut-turut. Menurut peringkat dari 50 kota yang dianalisis dengan lebih dari 300 ribu penduduk, Meksiko menampung 17 kota. Sebanyak sembilan dari 10 kota paling kejam juga berasal dari Meksiko.
“Sebaliknya, di negara-negara yang tidak mengikuti kebijakan yang berpuas diri dengan para penjahat, telah terjadi kemajuan yang luar biasa,” kata laporan itu.
CCSPJP mengutip negara-negara seperti El Salvador dan Guatemala sebagai contoh pembuatan kebijakan yang efektif untuk mengekang tingkat pembunuhan. Padahal, El Savador pernah memegang rekor memiliki kota paling kejam di dunia.
Asosiasi sipil mengkritik pemerintahan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador saat ini. Pemerintahan Meksiko diduga membuka jalan bagi organisasi kriminal yang aktif di negara itu untuk bertindak tanpa perlawanan.
Kekerasan Meksiko yang gigih telah menunjukkan kecepatan yang tak henti-hentinya sejak dimulainya perang melawan narkoba selama pemerintahan Presiden Felipe Calderon dari 2006 hingga 2012. Pada 2010 selama puncak perang melawan narkoba di Meksiko, angka pembunuhan mencapai 229 per 100 ribu penduduk.
“Perang” adalah strategi yang dipimpin militer yang mengakibatkan terpecahnya kartel besar menjadi beberapa geng kriminal yang berjuang untuk menguasai negara. Kondisi ini memunculkan destabilisasi pemerintah daerah yang menyebabkan peningkatan pembunuhan secara eksponensial di seluruh negeri.
Pada akhir pemerintahan Calderon, tingkat pembunuhan telah mengalami peningkatan 193 persen dan belum pernah terjadi sebelumnya. Tren ini pun nyatanya tidak dapat dilawan oleh Lopez Obrador.
Leave a Reply