INVENTIF – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mendukung terobosan yang dilakukan Indonesian Light Wood Association (ILWA) untuk meningkatkan kinerja ekspor produk kayu ringan melalui kolaborasi dengan salah satu perusahaan pengolahan kayu ringan di Austria.
ILWA akan bekerja sama untuk meningkatkan nilai tambah produk kayu ringan melalui perluasan kapasitas, adaptasi/inovasi produk, pemanfaatan teknologi, serta pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat.
Mendag Zulkifli Hasan sampaikan dukungannya pada pertemuan dengan Ketua Umum ILWA Setyo Wisnu Broto di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Kamis lalu. Potensi ekspor produk kayu ringan Indonesia masih sangat terbuka lebar karena tingginya kebutuhan dunia terhadap komoditas tersebut.
“Lalu Hal ini terlihat dari meningkatnya ekspor produk kayu ringan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Diharapkan ILWA dapat memanfaatkan momentum ini dengan inovasi, edukasi, dan adaptasi teknologi untuk peningkatan kualitas dan nilai tambah produk kayu ringan sehingga kayu ringan Indonesia dapat memenuhi ragam kebutuhan konstruksi bangunan, interior mobil, dan kebutuhan dekorasi lainnya,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), pada 2021 ekspor kayu ringan Indonesia (plywood dan flooring) tercatat sebesar USD 3,2 miliar atau berkontribusi sebesar 45 persen dari total ekspor produk kayu Indonesia. Ekspor kayu Indonesia di tahun 2021 mencapai USD 7,94 miliar atau meningkat 31 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, pangsa pasar kayu dunia tercatat sebesar USD 2,1 triliun.
“Peningkatan ekspor kayu Indonesia cukup signifikan dan merupakan potensi besar yang harus digarap dengan lebih maksimal,” imbuh Mendag Zulkifli Hasan.
Sementara itu, Setyo menjelaskan, kebutuhan produk kayu ringan di dunia semakin meningkat, karena dianggap lestari, ramah lingkungan, kuat, durabel, dan tidak berat. “Tren kayu ringan sebagai bahan baku gedung dan bangunan sedang meningkat di Eropa sebagai alternatif pengganti baja dan beton. Kayu ringan dianggap lebih lestari karena memiliki daya penyerap karbon (carbon capture) sehingga sebagai salah satu solusi isu climate change,” kata Setyo.
Menurutnya, isu geopolitik di Eropa menyebabkan pasokan kayu ringan terhambat sehingga Eropa memerlukan sumber pasokan baru. Indonesia merupakan sumber utama kayu ringan karena memiliki lahan yang luas dan iklim yang pas untuk jenis kayu sengon dan jabon.
Dua jenis kayu ini memiliki produktivitas tinggi dan kemampuan carbon capture. ILWA juga telah melakukan analisis struktur biaya yang komprehensif agar dapat menerapkan harga yang adil (fair price) dan transparan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
Mendag Zulkifli Hasan juga menegaskan, ILWA dapat terus berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor kayu ringan Indonesia. “Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2022 pada bulan Oktober menjadi kesempatan yang baik bagi ILWA untuk mempromosikan produk, serta memanfaatkan 46 perwakilan perdagangan di luar negeri untuk mendukung upaya peningkatan ekspor. Selain itu, diharapkan para pelaku usaha yang tergabung dalam ILWA dapat memanfaatkan berbagai perjanjian dagang yang telah diratifikasi untuk memudahkan ekspor ke negara tertentu,” ujar Mendag Zulkifli Hasan.
Saat ini Kemendag memiliki nota kesepahaman (MoU) dengan Fairventures dan ILWA tentang pengembangan kayu ringan termasuk bantuan bibit pohon jabon dan sengon. Kedua tanaman ini sangat sesuai dengan iklim Indonesia dan dapat dipanen kurang dari 10 tahun.
Penulis : Vinolla
Leave a Reply