INVENTIF – Bulan Agustus tahun 2022 kali ini dirasakan berbeda dibanding tahun sebelumnya bagi warga Indonesia. Tak hanya peringatan hari Kemerdekaan RI ke 77 yang diperingati tanggal 17, bulan Agustus tahun ini juga menandai dimulainya pesta demokrasi Pemilu 2024 mendatang.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) diketahui membvuka pendaftaran partai politik (parpol) untuk menjadi peserta Pemilu pada tanggal 1 hingga 14 Agustus lalu. Per 15 Agustus 2022, dari 40 parpol yang mendaftar, sebanyak 24 diantaranya telah diyatakan lengkap dan lolos ke tahap verifikasi, diantaranya NasDem, PDIP, Golkar, Demokrat, Gerindr, PKS, dan PAN.
Menyambut dimulainya pesta demokrasi, anggota MPR RI Ahmad Sahroni mengingatkan pentingnya pemahaman Pancasila agar polarisasi saat Pemilu 2024 tak berlanjut dengan ancaman terhadap keutuhan NKRI.
“Kita berharap dimulainya pendaftaran peserta Pemilu 2024 di bulan yang sama dengan kemerdekaan RI ini menjadi gambaran bagaimana pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan. Seperti kita ketahui perjuangan merebut kemerdekaan oleh pejuang-pejuang terdahulu tidak mudah dan mengorbankan jiwa raga,” kata Sahroni saat Sosialisasi Empat Pilar di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (03/08/2022).
Sahroni yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI menekankan bahwa kekaguman hingga fanatisme terhadap calon presiden ataupun partai politik di Pemilu 2024 mendatang tak boleh mengalahkan rasa cinta terhadap Tanah Air.
“Pemilu itu pesta demokrasi untuk memilih pemimpin negara dan para wakil rakyat. Demokrasi ini jangan membuat fanatisme mengalahkan kecintaan kita terhadap negara Indonesia dengan mengkotak-kotakkan masyarakat di lingkungan tempat tinggal, tempat bekerja ataupun lainnya berdasarkan pilihan diambil saat Pemilu,” pesan Sahroni di depan 150 warga RW 001, Kebon Bawang, Jakarta Utara yang hadir.
“Demokrasi dan persatuan untuk negara kita telah diatur dalam Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Karena itu sangat penting kita memahami dan mengaktulisasi Pancasila dalam kehidupan kita. Dengan upaya itu kita bisa menangkal berbagai upaya pecah belah, termasuk melalui penyebaran informasi bohong atau hoaks,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama Sahroni mewanti-wanti masyarakat agak tak salah dalam mendefiniskan nasionalisme. Nasionalisme tegas Sahroni bukan berarti menganggap negara lain lebih rendah. Berbagai peristiwa terjadi di dunia dicontohkan Sahroni menjadi gambaran salah bagaimana nasionalisme dianggap dalam gerakan ekstrim. Salah satu kisah nyata tukas Sahroni, saat berkuasanya Nazi di Jerman dibawah kepemimpinan Adolf Hitler yang membawa ideologi fasisme sehingga memicu terjadi Perang Dunia ke-2. Ada pula masa di mana sejarah Amerika Serikat diwarnai rasisme yang menganggap warga kulit putih lebih tinggi keberadaannya dibanding mereka yang memiliki kulit gelap.
Nasionalisme Pancasila menurut Sahroni adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.
Pancasila timpalnya, juga mengajarkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Leave a Reply