INVENTIF – Usai melakukan pengiriman perdana 10 ton beras Yasamin ke Riyadh, Food Station membidik pengembangan sayap ekspor ke negara lain, khususnya di kawasan Timur Tengah dan Uni Emirat Arab.
“Seperti Qatar, Dubai dan lainnya menjadi salah satu target kita. Insya Allah bisa tahun ini, kalau rasa disukai kemudian konsumsinya benar-benar disukai masyarakat sana,” kata Pamrihadi usai pelepasan ekspor berasa Yasamin di gudang beras Food Station di Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (20/05/2022).
Menurut Pamrihadi, Uni Emirat Arab dan Timur Tengah merupakan pasar potensial beras produksi Food Station. Hal itu dikarenakan masyarakat di negara-negara tersebut memiliki kebiasaan yang sama dengan Indonesia dalam hal mengkonsumsi beras sebagai makanan utama. Sementara di Eropa, masyarakat setempat lebih gemar mengkonsumsi kentang sebagai makanan pokok. “Sementara segmen paling besar Saudi Arabia dan Timur Tengah karena mereka makannya nasi. Kalau Eropa kan makannya rata-rata adalah daging atau gandum. Kita lebih fokuskan atau targetkan yang punya segmentasi besar dulu,” jelasnya.
Untuk mewujudkan mimpi tersebut, Food Station tukas Pamrihadi saat ini tengah mencoba mengembangankan varietas yang bisa diakomodasi masyakarat khususnya yang ada di Timur Tengah atau Arab Saudi. “Kita tau ada beras namanya Basmati yang biasanya dikirim dari Pakistan atau India, Insya Allah saat ini kami sedang mengembangkan. Insya Allah dalam waktu beberapa bulan mendatang atau tahun depan kita bisa melakukan ekspor ke Arab Saudi atau Timur Tengah. Beras tersebut memiliki kadar glikenik yang telativ rendah dibandingkan kadar beras yang khususnya ada di Indonesia,” bebernya.
Pengembangan beras jenis Basmati menurut Pamrihadi dilakukan Food Station di daerah di Purbalingga. Dengan estimasi kebutuhan 100 ton beras Basmati yang diperoleh dari 200 ton gandum, Food Station menurut Pamrihadi membutuhkan 40 hektare lahan. Dirinya berharap tahun depan Food Station beras basmati yang dikembangkan di Purbalingga dapat mulai menghasilkan di tahun depan.
Sementara untuk menjaga ketersediaan stok impor tanpa mengganggu stabilitas pangan di Indonesia, khususnya Ibu Kota, Food Station jelasnya tengah mengembangkan kerjasama di beberapa daerah di Indonesia dengan luas saat ini sebesar 7850 hektare. “Targetnya tahun depan itu 10 ribu hektare, itu kurang lebih bekerjasama dengan 30 ribu petani, di Jawa Barat, Jawangah, Lampung sampai Sulawesi,” imbuhnya. (Yar)
Leave a Reply