Santri Menyalakan Pelita Negeri, Semarak Hari Santri 2025
INVENTIF – Dari bilik pesantren, doa-doa senantiasa naik ke langit, menyertai perjalanan bangsa.
Tahun ini, gema Hari Santri kembali bergema, memasuki satu dasawarsa sejak negara memberi pengakuan resmi atas kiprah para penjaga ilmu dan akhlak ini. Tahun 2025, Hari Santri mengusung tema besar: “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.”
Rangkaian akan dimulai dengan Ithlaq atau Kick Off di Pesantren Tebuireng, Jombang, pada 22 September 2025. Di sana, jejak para ulama pendiri bangsa seakan kembali bergaung, meneguhkan bahwa santri bukan sekadar pewaris surau, melainkan penopang cita-cita kemerdekaan.
“Peringatan Hari Santri bukan sekadar seremoni,” ujar Dirjen Pendidikan Islam, Amin Suyitno. “Ini langkah strategis agar santri hadir, menjawab kebutuhan zaman, dari kesehatan, lingkungan, hingga kemandirian bangsa.”
Di sela halaqah yang digelar di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) digulirkan. Program yang digagas Presiden Prabowo ini menandai bahwa pesantren tak hanya bicara langit, tapi juga menjejak bumi. Dari dapur sederhana, santri menyuguhkan pangan bergizi; dari klinik pesantren, lahir kepedulian kesehatan yang nyata.
“Pesantren adalah benteng moral, intelektual, sekaligus sosial. Sepuluh tahun Hari Santri adalah sepuluh tahun santri membuktikan diri sebagai bagian penting dari agenda besar bangsa,” tegas Suyitno.
Ada yang istimewa tahun ini. Melalui Gerakan Ekoteologi Satu Santri Satu Pohon, jutaan santri di 34 provinsi akan menanam pohon serentak pada 2 Oktober 2025. Akar-akar itu bukan sekadar menahan tanah, tapi juga mengakar doa dan harapan: agar bumi lestari, agar iman tetap menyatu dengan semesta.
“Santri tidak hanya bicara kitab, mereka juga bicara bumi. Tidak hanya hafal doa, tetapi juga menanam pohon kehidupan,” kata Suyitno.
Direktur Pesantren, Basnang Said, menambahkan bahwa expo dan penghargaan pesantren adalah ruang pembuktian: pesantren kini berdiri tegak, mandiri, dan berdaya saing. “Pesantren bukan lagi objek bantuan. Ia kini subjek pembangunan, melahirkan wirausaha kreatif dan pejuang ekonomi kerakyatan.”
Staf Khusus Menteri Agama, Ismail Cawidu, mengingatkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 42 ribu pesantren. “Mereka bukan hanya lembaga pendidikan, melainkan pusat peradaban, motor wisata religi, sekaligus jembatan persaudaraan dunia.”
Astahasa: Delapan Jalan Pengabdian
Hari Santri 2025 disusun dalam Astahasa – delapan agenda besar yang menyulam perjuangan santri. Dari halaqah hingga MQK internasional, dari expo hingga doa serentak di Masjid Istiqlal, dari pohon-pohon yang ditanam hingga puncak Malam Bakti Santri di TMII Jakarta pada 25 Oktober 2025. Presiden RI dijadwalkan hadir, memberikan kado untuk pesantren: dukungan keekonomian agar pesantren makin berdaulat.
Hari Santri 2025 bukan hanya pesta, ia adalah cermin perjalanan bangsa. Dari pesantren, kebangsaan dirawat. Dari santri, harapan ditumbuhkan. Dan dari doa mereka yang sederhana, negeri ini menemukan pijakan untuk melangkah menuju peradaban dunia. ( ISS)