Rhoma Irama dan “Senyum”, Dakwah yang Menyapa dengan Nada dan Cahaya
Jakarta —Ada yang tak pernah padam dari seorang Rhoma Irama: cahaya semangat di matanya.
Di usia 78 tahun, ketika banyak orang memilih diam dan beristirahat dari riuh panggung, Sang Raja Dangdut justru kembali memetik gitar, menulis bait, dan menyalakan makna dalam nada. Karya terbarunya berjudul “Senyum”, yang dirilis melalui Proaktif Musik pada Jumat, 10 Oktober 2025, menjadi bukti bahwa dakwah tak selalu harus disampaikan lewat mimbar — kadang, ia bernyanyi melalui denting musik dan lirih suara.
“Sekarang ini banyak orang ribut, saling bully, caci maki, wajah garang. Dari situ saya terinspirasi untuk mengajak orang agar tersenyum,” tutur Rhoma Irama, dengan keteduhan yang hanya bisa dimiliki seseorang yang telah lama berdamai dengan kehidupan.
Lagu “Senyum” lahir dari keprihatinan Rhoma atas dunia yang makin bising oleh amarah — media sosial yang berubah menjadi arena adu kata, dan wajah-wajah manusia yang kian kaku oleh ego. Lewat nada-nada lembutnya, Rhoma mengingatkan: senyum adalah sedekah yang paling mudah. Ia bukan sekadar gerak bibir, melainkan pancaran jiwa yang menyembuhkan.
Dalam lagu ini, Rhoma mengutip sabda Rasulullah: “Tersenyum kepada saudaramu adalah sedekah.” Maka, di tangan sang maestro, hadist itu menjelma menjadi irama — sebuah ajakan lembut untuk kembali manusiawi.
Proses kreatif “Senyum” pun terasa personal. Rhoma menulis liriknya terlebih dahulu, seolah ingin memastikan setiap kata mengandung niat. Barulah kemudian melodi hadir, seperti sungai yang mengalir mengikuti makna.
Ada yang mengingat lagu lamanya, “Sedekah”, dari tahun 1990-an. Namun “Senyum” bukan sekadar pengulangan masa lalu. Ia adalah refleksi, pantulan kebijaksanaan seorang seniman yang kini menatap dunia dari ketinggian usia — tenang, jernih, dan penuh kasih.
Video klipnya, yang digarap langsung oleh Rhoma dan timnya, memperlihatkan detail ketulusan itu. Tak ada gemerlap berlebihan, hanya wajah-wajah sederhana, tangan-tangan yang menolong, dan senyum yang menular.
Dengan “Senyum”, Rhoma Irama seolah berkata bahwa musik dangdut bukan cuma denting hiburan rakyat — ia adalah bahasa dakwah, medium kasih, dan jembatan antara manusia dengan nurani.
Dan di penghujung pesannya, Sang Raja Dangdut menutup dengan kalimat yang mengandung kesejukan seisi dunia:
“Kalau ingin dunia damai, mulai dari diri sendiri — tersenyumlah.”
Begitulah Rhoma Irama, yang tak pernah berhenti berkarya. Di tengah hiruk-pikuk zaman, ia hadir bukan dengan marah, tapi dengan senyum — nada kecil yang menjelma doa panjang untuk kemanusiaan. (NMC)