STQH Nasional, Di Tengah Suara Merdu Tilawah, Diluar Masih Memperdebatkan Ayat di Medsos tanpa Sempat Membacanya

0

 

 

INVENTIF — Ribuan santri terbaik dari penjuru negeri akan berkumpul di Kendari dalam ajang Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional ke-28, 12–17 Oktober 2025.

Sebanyak 1.027 hafidz dan muhadits siap memperdengarkan lantunan ayat suci — sementara di luar arena, sebagian bangsa masih sibuk memperdebatkan ayat di medsos tanpa sempat membacanya.

Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menyebut acara ini bukan sekadar perlombaan, melainkan momentum menghidupkan nilai Al-Qur’an dalam kehidupan. Sebuah cita-cita mulia — meski di tanah air, kadang suara merdu tilawah lebih cepat viral daripada suara nurani.

Tema besar yang diusung tahun ini: “Al-Qur’an dan Hadis Merawat Peradaban dan Melestarikan Lingkungan.” Sebuah ironi kecil: di tengah hafalan para santri tentang ayat-ayat ciptaan Allah, hutan terus ditebangi, sungai kian keruh, dan langit Indonesia masih diselimuti polusi dan bendera politik.

“STQH harus menjadi ruang untuk menanamkan nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap lingkungan,” kata Abu Rokhmad penuh harap. Harapan yang, semoga saja, tidak tenggelam oleh suara pengeras di ruang sidang atau balai kota.

Rencananya, Presiden Prabowo Subianto akan hadir membuka acara pada 11 Oktober 2025 malam. Kehadiran beliau tentu akan menambah hikmah — apalagi jika ayat-ayat yang dibaca nanti bisa menggugah nurani pejabat lain yang mungkin lupa bahwa amanah itu bukan sekadar kata Arab.

STQH ke-28 ini akan mempertandingkan cabang seni baca Al-Qur’an, hafalan, tafsir, hingga musabaqah hadis. Sementara di luar arena, “musabaqah” komentar politik dan debat moral terus berjalan tanpa juri, tanpa sanad, dan tanpa adab.

Total lebih dari 3.900 orang akan hadir dalam ajang ini, dari peserta hingga pejabat. Sebuah pemandangan indah — ketika ribuan hafidz berlomba membaca ayat-ayat tentang kejujuran, sementara sebagian birokrat masih sibuk menafsirkan makna “amanah” versi anggaran.

Namun, biarlah STQH ini tetap jadi oase di tengah panasnya wacana publik. Di antara hiruk pikuk dunia yang gemar berteriak atas nama Tuhan, para santri ini akan menunjukkan satu hal sederhana: bahwa membaca Al-Qur’an jauh lebih menenangkan daripada membahasnya sambil marah-marah di televisi. (NMC)

Leave A Reply

Your email address will not be published.