MQK Internasional, Antara Kitab Kuning, Ekoteologi, dan Konser!

0

 

INVENTIF – Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional 2025 resmi dibuka dengan segala kemeriahan.

Jadi dalam helatan ini ada kitab kuning, ada penanaman pohon, dan tentu saja ada konser artis nasional. Lengkap sudah: agama, alam, dan hiburan pop dalam satu paket ala Kementerian Agama.

Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa perang dan perubahan iklim adalah ancaman besar. “Kalau perang korban 67 ribu, perubahan iklim empat juta. Jadi kita harus segera bertindak,” ujarnya lantang.

Namun santri di barisan belakang sepertinya lebih sibuk bertanya: “Pak, tindakan pertama ini pohonnya disiram atau cukup difoto untuk Instagram?”

Menag memperkenalkan konsep ekoteologi, kerjasama manusia, alam, dan Tuhan. Sayangnya, belum ada konsep ekonomiologi, padahal harga makan di warung sekitar pesantren naik dua kali lipat sejak acara dimulai.

Acara MQK disebut sebagai diplomasi budaya dunia, meski sebagian peserta ASEAN hanya hadir sebagai “observer”—posisi yang sama dengan penonton bola yang nonton dari luar pagar stadion kali, ya.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, bangga karena MQK tahun ini berbasis digital. Semua seleksi dan penilaian online. Tapi beberapa santri mengaku baru bisa upload berkas setelah naik ke tower masjid untuk mencari sinyal. Benarkah begitu?

Malam harinya, panggung MQK beralih fungsi: dari kitab kuning ke konser. Veve Zukfikar, Raim Laode, hingga Budi Doremi tampil. “Inilah wajah pesantren modern,” kata seorang pejabat Kemenag.  Tapi bukan bukan mustahil dikekinian, Santri  pagi membaca Al-Jauhar al-Maknûn malamnya bisa jingkrak-jingkrak sambil teriak “Komang”.

MQK kali ini juga ditutup dengan penanaman pohon di halaman pesantren. Panitia berharap pohon itu jadi simbol kebangkitan peradaban Islam. Para santri berharap lebih realistis, kelak pohon itu bisa jadi tempat gantung jemuran sarung.

Dengan semangat Golden Age Islam, Menag berharap MQK akan melahirkan ilmuwan muslim kelas dunia. Namun, hingga saat ini, capaian paling nyata adalah lahirnya santri-santri yang makin mahir membaca kitab kuning sambil live di TikTok. (NMC)

Leave A Reply

Your email address will not be published.